Sabtu, 09 Juni 2012

Melatih Kemampuan Bahasa Pada Anak

Secara alami bahasa bisa dipelajari sejak bayi masih dalam kandungan saat ibu mengajak janinnya berkomunikasi mengenai hal-hal yang positif. Ibu, juga Ayah, dapat menceritakan kisah-kisah indah, misalnya, tentang kebesaran Tuhan dan alam ciptaan-Nya atau membacakan kisah-kisah bijak. Kontak batin antara ibu dan calon bayinya akan tercipta dengan sempurna apabila mental ibu berada dalam keadaan stabil.

Pada bulan-bulan pertama setelah kelahirannya

Seorang anak mempelajari bahasa lewat empat bentuk komunikasi prabicara, yaitu lewat tangisan, ocehan, isyarat dan ungkapan emosional lainnya (tersenyum, cemberut, menatap, dll). Para pakar berpendapat bahwa perkembangan bahasa yang dimiliki seorang anak berhubungan erat dengan kematangan saraf-saraf otaknya dan sangat dipengaruhi oleh stimulus yang didapatnya setiap hari.

Pada masa-masa awal kelahiran

Bayi tidak memiliki kontrol terhadap gerakan tubuhnya termasuk kemampuan verbalnya, semua bekerja secara refleks. Kemudian beberapa bulan pertama, otak bayi berkembang dan mampu mengatur mekanisme saraf sehingga gerakan refleksnya berkurang dan ia memiliki kemampuan untuk mengontrol semua gerakan anggota tubuhnya.

Contohnya, jika sebelumnya bibir bayi hanya bergerak-gerak refleks ketika ada sesuatu disentuhkan ke bibirnya, pada tahap berikutnya bayi dapat mengatur kapan ia ingin membuka atau menutup mulutnya.

Tahap perkembangan kemampuan bahasa selanjutnya adalah kemampuan menyimak (receptive language skills) dan kemampuan mengeluarkan bunyi bahasa (expressive language skills). Kematangan menyimak bekerja lebih dulu daripada kematangan berbicara, kemudian dalam tahap perkembangan berikutnya kedua kematangan ini saling menyesuaikan.

Pada masa-masa awal pasca kelahirannya

Bayi belum dapat membalas stimulus yang diberikan orang tua dan lingkungannya. Namun, sejalan dengan berkembangnya organ artikulasi, bayi kemudian mulai berceloteh dengan mengelurakan bunyi gumaman seperti ’m’ atau ’p’ atau ’b’.

Pada tahap ini orangtua harus sudah melakukan interaksi bahasa dengan anak yaitu dengan mengajaknya bercakap-cakap lebih banyak agar ketrampilan artikulasinya terstimulus.

Lewat keterampilan ini, bayi dan orang tuanya bisa menjalin suasana yang lebih harmonis dan komunikatif sehingga mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan jiwa bayi.

Proses penguasaan bahasa seorang anak sangat tergantung dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan luar. Pada umumnya bayi mempelajari bahasa melalui proses imitasi dan pengulangan dari orang dewasa di sekitarnya.

Secara umum, bayi mengembangkan kemampuan bahasa-nya melalui beberapa tahapan yaitu mengoceh (3-6 bulan), mengucapkan kata pertama yang dikenalnya (6-9 bulan), memahami instruksi sederhana (9-12 bulan), mengucapkan kata pertama yang dipahami orang lain (10-15 bulan), dan mempelajari sekitar 300 kosakata pada usia 2 tahun dan jumlah tersebut bertambah dengan sangat pesat dalam tiga tahun ke depan.

Semakin dini pengenalan bahasa pada bayi, semakin baik ketrampilan komunikasi yang dimilikinya. Sejalan dengan usia dan perkembangannya, seorang anak akan mencari dan menemukan metode lain yang dapat membuatnya bisa mengekspresikan keterampilan yang telah dimilkinya.

Oleh karena itu, kenalkan anak pada buku sejak dini. Mengenal dan mengekplorasi dunia baru melalui bahasa nonverbal seperti buku akan menjadi tantangan dan kegembiraan tersendiri bagi anak. Usahakan Anda menyiapkan perpustakaan mini pada salah satu ruang di rumah guna memancing ketertarikan anak untuk membaca.

Lewat buku, anak dapat melihat sebuah obyek dari sudut pandang yang luas. Pilih buku yang cocok dengan usia, perkembangan serta daya nalar anak. Kegiatan membaca bisa melatih kedua keterampilan penting, yaitu menyimak dan berbicara.

Untuk menambah kegembiraan, orangtua sebaiknya mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan bermain yang melibatkan buku, misalnya orangtua dapat menemani anak bermain sambil bercerita.

Jika anak terlihat ingin memadukan keterampilan menyimak dan berbicaranya, beri anak kesempatan menceritakan apa saja meski hanya terhadap boneka-bonekanya, sebab secara naluriah anak ingin berinteraksi dengan sesuatu yang bisa dipengaruhinya. Hal-hal yang telah dijelaskan di atas akan berhasil apabila orangtua dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan komunikasi anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar