Secara alami bahasa bisa dipelajari sejak bayi masih dalam kandungan
saat ibu mengajak janinnya berkomunikasi mengenai hal-hal yang positif.
Ibu, juga Ayah, dapat menceritakan kisah-kisah indah, misalnya, tentang
kebesaran Tuhan dan alam ciptaan-Nya atau membacakan kisah-kisah bijak.
Kontak batin antara ibu dan calon bayinya akan tercipta dengan sempurna
apabila mental ibu berada dalam keadaan stabil.
Pada bulan-bulan pertama setelah kelahirannya
Seorang
anak mempelajari bahasa lewat empat bentuk komunikasi prabicara, yaitu
lewat tangisan, ocehan, isyarat dan ungkapan emosional lainnya
(tersenyum, cemberut, menatap, dll). Para pakar berpendapat bahwa
perkembangan bahasa yang dimiliki seorang anak berhubungan erat dengan
kematangan saraf-saraf otaknya dan sangat dipengaruhi oleh stimulus yang
didapatnya setiap hari.
Pada masa-masa awal kelahiran
Bayi
tidak memiliki kontrol terhadap gerakan tubuhnya termasuk kemampuan
verbalnya, semua bekerja secara refleks. Kemudian beberapa bulan
pertama, otak bayi berkembang dan mampu mengatur mekanisme saraf
sehingga gerakan refleksnya berkurang dan ia memiliki kemampuan untuk
mengontrol semua gerakan anggota tubuhnya.
Contohnya, jika
sebelumnya bibir bayi hanya bergerak-gerak refleks ketika ada sesuatu
disentuhkan ke bibirnya, pada tahap berikutnya bayi dapat mengatur kapan
ia ingin membuka atau menutup mulutnya.
Tahap perkembangan
kemampuan bahasa selanjutnya adalah kemampuan menyimak (receptive
language skills) dan kemampuan mengeluarkan bunyi bahasa (expressive
language skills). Kematangan menyimak bekerja lebih dulu daripada
kematangan berbicara, kemudian dalam tahap perkembangan berikutnya kedua
kematangan ini saling menyesuaikan.
Pada masa-masa awal pasca kelahirannya
Bayi
belum dapat membalas stimulus yang diberikan orang tua dan
lingkungannya. Namun, sejalan dengan berkembangnya organ artikulasi,
bayi kemudian mulai berceloteh dengan mengelurakan bunyi gumaman seperti
’m’ atau ’p’ atau ’b’.
Pada tahap ini orangtua harus sudah
melakukan interaksi bahasa dengan anak yaitu dengan mengajaknya
bercakap-cakap lebih banyak agar ketrampilan artikulasinya terstimulus.
Lewat
keterampilan ini, bayi dan orang tuanya bisa menjalin suasana yang
lebih harmonis dan komunikatif sehingga mampu memberikan dampak positif
bagi perkembangan jiwa bayi.
Proses penguasaan bahasa seorang
anak sangat tergantung dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan
luar. Pada umumnya bayi mempelajari bahasa melalui proses imitasi dan
pengulangan dari orang dewasa di sekitarnya.
Secara umum, bayi
mengembangkan kemampuan bahasa-nya melalui beberapa tahapan yaitu
mengoceh (3-6 bulan), mengucapkan kata pertama yang dikenalnya (6-9
bulan), memahami instruksi sederhana (9-12 bulan), mengucapkan kata
pertama yang dipahami orang lain (10-15 bulan), dan mempelajari sekitar
300 kosakata pada usia 2 tahun dan jumlah tersebut bertambah dengan
sangat pesat dalam tiga tahun ke depan.
Semakin dini pengenalan
bahasa pada bayi, semakin baik ketrampilan komunikasi yang dimilikinya.
Sejalan dengan usia dan perkembangannya, seorang anak akan mencari dan
menemukan metode lain yang dapat membuatnya bisa mengekspresikan
keterampilan yang telah dimilkinya.
Oleh karena itu, kenalkan
anak pada buku sejak dini. Mengenal dan mengekplorasi dunia baru melalui
bahasa nonverbal seperti buku akan menjadi tantangan dan kegembiraan
tersendiri bagi anak. Usahakan Anda menyiapkan perpustakaan mini pada
salah satu ruang di rumah guna memancing ketertarikan anak untuk
membaca.
Lewat buku, anak dapat melihat sebuah obyek dari sudut
pandang yang luas. Pilih buku yang cocok dengan usia, perkembangan serta
daya nalar anak. Kegiatan membaca bisa melatih kedua keterampilan
penting, yaitu menyimak dan berbicara.
Untuk menambah
kegembiraan, orangtua sebaiknya mengarahkan anak untuk melakukan
kegiatan bermain yang melibatkan buku, misalnya orangtua dapat menemani
anak bermain sambil bercerita.
Jika anak terlihat ingin memadukan
keterampilan menyimak dan berbicaranya, beri anak kesempatan
menceritakan apa saja meski hanya terhadap boneka-bonekanya, sebab
secara naluriah anak ingin berinteraksi dengan sesuatu yang bisa
dipengaruhinya. Hal-hal yang telah dijelaskan di atas akan berhasil
apabila orangtua dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
perkembangan komunikasi anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar